You need to enable javaScript to run this app.

Status Di Medsos: Antara Mempertontonkan Kebodohan dan Kecerdasan

  • Selasa, 23 Agustus 2022
  • Frumensius Hemat
Status Di Medsos: Antara Mempertontonkan Kebodohan dan Kecerdasan

Tulisan kecil, ramping dan pendek ini berangkat dari keresahan yang cukup beralasan dari penulis. Penulis sekedar mengarahkan pembaca lewat konsep berpikir dan berefleksi terkait penggunaan media sosial saat ini. Media sosial dengan berbagai macam jenis dan tawaran aplikasi, saat ini tentu  memudahkan interaksi antara pribadi satu dengan yang lainnya. Media sosial serentak dinilai sebagai bentuk kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini. Siapa pun hampir dipastikan menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi dan membagi informasi. Media sosial dipakai sebagai alat komunikasi dan informasi sekaligua media sosialisasi yang mudah, murah, cepat dan mampu membobol sekat sekat pembatas antara negara, suku bangsa atau agama, dan ruang privat sekalipun. Kekuatan dan power media sosial tidak diragukan lagi di jaman ini. Anak-anak, kaum muda atau kaum tua sudah pasti memiliki akun media sosial dengan motif dan kepentingannya masing-masing. Inilah jaman 4.0.

Judul refleksi di atas sedikit provokatif sekaligus menggugat pembaca untuk bertanya sejauh mana manusia menempatkan diri dan menggunakan media sosial dalam arus kehidupan ini. Sejauh pengalaman bermedia sosial dapat disimpulkan dua hal dan bertolak belakang terkait media sosial ini. Ada ying dan ada yang dalam konsep kehidupan orang china. Media sosial bertujuan baik atau media sosial dipakai untuk tujuan buruk. Media sosial digunakan secara baik dan bermanfaat bagi banyak orang atau media sosial digunakan untuk tujuan buruk, jahat dan merusak dan menghancurkan banyak orang. 

Media Sosial: digunakan secara bodoh atau cerdas?

Kita jelas mengamini fakta ini. Ada jejak digital yang abadi ketika bermedia sosial. Banyak kasus atau peristiwa yang viral, menghebohkan, memalukan, menjijikan, membahagiakan, menginspirasi dan membangkitkan aura positif dari penggunaan medsos oleh netizen. Ada status di medsos yang berisi kata kata inspirasi, pencapaian tertentu yang membanggakan, kejadian yang luar biasa, momentum bahagia dan manis, perjumpaan yang menggembirakan dan peristiwa sukacita lain sebagainya. Pengguna medsos yang lain pasti merasakan kegembiaraan, aura positif, mendapat inspirasi dari status media sosial yang dibagikan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa apa pun bentuk status media sosial yang membawa manfaat secara positif dapat dikatakan sebagai pengguna media sosial yang cerdas dan berkarakter. Di sisi lain, kita juga sering membaca postingan di media sosial yang berisi hal hal menggelikan, memalukan, menjijikkan dan sekaligus membunuh secara verbal. Media sosial dipakai sebagai alat kampanye negatif, hoaks, mengumbar aurat atau pornografi dan lain sebagainya. Kadang media sosial dipakai untuk menyampaikan perasaan hati secara vulgar, arkais dan melanggar privasi. Kadang pengguna media sosial merasa bangga dan puas kalau sudah memosting kata kata makian, kekerasan verbal, cemoohan atau bentuk-bentuk perundungan verbal lainnya. Bukankah pada titik ini bisa dikatakan sebagai pengguna media sosial yang bodoh dan bebal? 

Apa peran sekolah dan guru dalam bermedia sosial?

Seruan imperatif untuk sekolah dan guru terkait penggunaan media sosial cuma satu, yakni gunakan secara bijak dan cerdas untuk kepentingan edukatif dan pembelajaran bagi banyak orang. Guru senantiasa dipantau dan dipelototi informasi dan  status di media sosialnya. Sulit membayangkan efek negatif dari media sosial para guru jika berisi makian, kata kata kasar, hal hal yang bersifat senonoh dan berbau porno. Media sosial pasti bertambah heboh jika misalnya ada guru memposting perasaan dan privasinya secara terang benderang. Apa yang mau dibanggakan oleh murid jika pihak guru atau sekolah tidak menggunakan media sosial secara bijak dan cerdas? Inilah yang menjadi titik soal. Dasar refleksi dan pendekatan yang tepat perlu dilakukan secara berkelanjutan, diberikan kepada guru dan juga peserta didik dalam menggunakan media sosialnya. Kita tidak lagi berbicara atas nama kebebasan dan kemerdekaan dalam ber medsos tapi berbicara atas nama dampak negatif dari praktek tidak baik dalam bermedia sosial. Ketika guru dan pihak sekolah sudah bijak dan cerdas menggunakan media sosial maka dapat dipastikan para murid akan mengikuti  hal yang sama. 

Semoga ungkapan keresahan ini ditangkap oleh banyak pihak, terutama pihak sekolah dalam mengelolah dan memberi akses literasi yang cukup terkait pengggunaan media sosial dalam diri peserta didik. Keberpihakan guru dan tenaga pendidik menjadi konsentrasi yang tidak akan selesai dalam memantau dan mengevaluasi secara berkelanjutan terkait dampak penggunaan media sosial dalam diri anak didiknya. 

Selamat bermedia sosial yang cerdas dan bijak. Saatnya jari-jari anda menari-nari dengan tujuan baik,cerdas dan beraura positif di media sosial. Salam bergerak!! 

 

Bagikan artikel ini:
Frumensius Hemat, S.Fil

- Kepala Sekolah -

Puji Syukur kita persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah Dan rahmatnya sehingga akhirnya kami dapat meluncurkan kembali website…

Berlangganan
Jajak Pendapat

Bagaimana informasi yang dipublikasikan di website ini sungguh membantu anda?

Hasil