You need to enable javaScript to run this app.

Jangan Biarkan Kelas Itu Kosong Tanpa Guru....Jika tidak maka??

  • Selasa, 02 Maret 2021
  • Frumensius Hemat
Jangan Biarkan Kelas Itu Kosong Tanpa Guru....Jika tidak maka??

Hakikat belajar mengajar tatap muka adalah interaksi intens antara guru dengan peserta didik.  Guru tampil sebagai sutradara handal yang  mengatur,membuat skenario yang menyenangkan, menciptakan situasi dan kondisi yang tampan untuk kegiatan pembelajaran. Guru kadang tampil sebagai fasilitator yang mendukung dan membimbing siswa agar askses belajar dan rasa ingin tahu peserta didik betul-betul dipenuhi. Itulah hakikat kegiatan belajar mengajar tatap muka di kelas. Menurut psikolog Ayoe Sutomo, M.Psi, dalam proses belajar maupun mendapatkan informasi baru, terdapat komunikasi, atau penyampaian pesan. Lebih lanjut Ayoe berpendapat bahwa di dalam penyampaian pesan ini ada tiga elemen penting, supaya pesannya benar-benar sampai, yaitu verbal atau kata-kata, vokal atau intonasi, dan visual atau gestur dan gerak tubuh. Ketiga elemen ini juga berfungsi untuk menekankan pesan yang disampaikan. Ketika pesan disampaikan, ternyata elemen kata-kata hanya tujuh persen saja yang ditangkap. Sementara itu, dua elemen lainnya memberikan kontribusi yang sangat besar, yaitu intonasi 38 persen dan gestur 55 persen. Jadi, dengan kata lain, penyampaian pesan yang efektif tersebut hanya bisa didapat, ketika tatap muka langsung. Begitu pula dalam belajar, ketika tatap muka maka pesan pelajaran akan tersampaikan dengan lebih efektif.

Nah timbul gugatan berupa pertanyaan. Apa jadinya jika kelas sebagai panggung besar guru dan murid untuk berinteraksi mengalami kekurangan pemeran atau pelaku kegiatan belajar mengajar? Singkatnya apa arti kelas yang hanya diisi murid tanpa guru? Saya teringat pengalaman masa sekolah ketika kelas yang seharusnya dihadiri oleh guru seketika menjadi ajang bebas memainkan peran. Semua peserta didik dengan sesuka hati mengambil peran sesuai keinginannya. Ada yang mengambil peran sebagai pemain musik, memukul meja atau kursi yang ada di dekatnya, ada yang bernyanyi, ada yang berteriak teriak seperti pedagang di pasar, ada yang sibuk swafoto, ada yang sibuk gosip sambil tertawa terbahak-bahak. semuanya bebas bergerak dan bebas bersuara. Kelas jadi kacau!! Singkatnya hampir dapat dipastikan kalau nuansa dan suasana akademis menjadi hilang lenyap. Lalu, gurunya kemana? 

Merujuk pada tugas profesionalnya, seharusnya situasi ini tidak ada dan tidak bisa terjadi. Guru seharusnya berada di kelas sesuai dengan jadwal mengajarnya. Tugasnya ada di kelas bersama anak anak didiknya. Tidak ada alasan apapun untuk membenarkan sikap guru untuk meninggalkan kelasnya? Kalau guru cuma nongkrong, bermain hp, main game, duduk mengelamun dan bermimpi dan bergosip sana sini, apa artinya kompetensi dan menjunjung tinggi keprofesionalismenya?? Atau kasus lain yang terjadi, guru cuma masuk sebentar lalu memberikan tugas entah mencatat atau lain sebagainya. Sesaat setelah guru menghilang suasana masih berada di seputaran pengerjaan tugas dan sebagainya. Lalu setelah 5 atau 10 menit berlalu, timbulah suasana yang menghebohkan di kelas? Sulit dibayangkan jika ada guru tidak pernah masuk kelas dan sang guru tidak mengenal peserta didik. Anak didik pasti lebih tidak tahu guru tersebut seperti apa, karakternya, sifat dan gaya mengajarnya. 

Cuma guru yang bernurani dan menjunjung tinggi kompetensi dan profesionalisme saja yang tidak akan membiarkan kelasnya kosong. karena itu, seruan imperatifnya cuma satu, jangan biarkan kelas itu kosong tanpa guru. Itu!!!!

Bagikan artikel ini:
Frumensius Hemat, S.Fil

- Kepala Sekolah -

Puji Syukur kita persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah Dan rahmatnya sehingga akhirnya kami dapat meluncurkan kembali website…

Berlangganan
Jajak Pendapat

Bagaimana informasi yang dipublikasikan di website ini sungguh membantu anda?

Hasil