Catatan Kecil Dari Perlombaan Hardiknas Bagi SMAN 6 Kota Komba
- Senin, 04 April 2022
- Frumensius Hemat
Hidup jika tidak direflesikan sebaiknya jangan diteruskan... Demikian Sokrates, filsuf Yunani Kuno bersabda. Titik tolak dari kehidupan yang lebih baik dan terarah adalah refleksi yang terus menerus terkait diri sendiri, orang lain atau pun masyarakat. Kekuatan perubahan dan kemajuan pada dasarnya bertolak dari dalam dan tajamnya sebuah gugatan reflektif. Itu pesona yang tidak pernah pudar. Siapa saja yang selalu berefleksi dalam kehidupan, ia akan menuai banyak buah tindakan dan target yang dihasilkan. Dalamnya sebuah refleksi akan melahirkan ide, gagasan dan temuan yang bisa meracik dan membangun pada kehidupan selanjutnya. Inilah salah satu kekuatan refleksi. Sokrates menggunakan metode elenchus dalam hal. Sebuah aksi berpikir, tindakan mengeluarkan ide atau gagasan yang menyegarkan, visioner dan inovatif. Layaknya seorang bidan dengan teknik dan caranya membantu proses persalinan. Ini catatan awal refleksi
Sekolah wajib membuka akses murid untuk berlomba
Apapun keadaan sekolah saat ini, kekurangan dan kelebihan yang ada dalam sekolah tidak menjadi halangan utama dalam mengikuti berbagai ajang kompetisi yang melibatkan anak didiknya. Ini prinsip dasar yang utama. Kepala sekolah dan guru wajib membuka akses, gerbang besar bagi peserta didik untuk belajar berkompetensi, menunjukkan bakat dan minat yang ada dalam diri peserta didiknya. Alasan ketiadaan dana dan keterbatasan lainnya adalah sebuah langkah mundur dan menunjukkan cara berpikir yang beralaskan masalah. Prihatin. Ada satu prinsip penting yang dilintarkan beberapa kepala sekolah. " Sekolah saya terlibat penuh dalam berbagai ajang kompetensi siswa sebagai momentum yang elegan bagi siswa menunjukan diri dan kapasitasnya. Soal juara atau tidak urusan kesekian." Sebuah komitmen yang luar biasa untuk berorientasi pada pemenuhan akses belajar dan kebutuhan pelajar siswa itu sendiri. Jangan lupa bahwa pengalaman eksistensial, hadir bersama dengan kepala sekolah yang lain, guru-guru yang lain, peserta didik yang lain adalah momen terbaik sebagai pijakan refleksi.
Program Reguler Sekolah Untuk Selalu Mengadakan berbagai perlombaan
Gerakan senyap, masif, dan terpogram di internal sekolah wajib hukumnya. Sekolah harus mampu menyelenggarakan berbagai perlombaan dan kompetensi. Ini adalah strategi jitu dalam menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat dan kompetensi peserta didiknya. Sekolah yang minim melaksanakan berbagai perlombaan yang melibatkan peserta didiknya hampir dapat dipastikan agak sulit meraih prestasi dalam perlombaan antar sekolah. Ini hukum dan ketentuan dasarnya. Dalam catatan perjalanan lomba di SMAN 6 Kota Komba ada beberapa mata lomba yang cukup berbicara banyak misalnya debat bahasa Indonesia, lomba paduan suara dan lain lain. Liat dan pembuktiannya pada sekolah sekolah yang banyak mengukir prestasi di ajang hardiknas ini memiliki riwayat kegiatan perlombaan di lingkungan internal sekolahnya. Pada titik ini akses menunjukan kualitas dan kompetensi murid senantiasa dipupuk dan dikembangkan. Itu!!. Hal yang lebih menyedihkan jika tidak pernah membuat kegiatan secara internal namun paksa diri mengikuti ajang perlombaan antar sekolah. Hasilnya langsungbisa diketahui. Nihil. Hal kedua yang lebih menyedihkan adalah guru yang bertugas mendampingi murid, mentor dalam berbagai perlombaan tidak memiliki kompetensi, gairah meningkatkan minat dan bakat muridnya. Murid mau mengharapkan apa dari lemahnya kapasitas dan kompetensi gurunya. Secara sederhana bisa dikatakan seperti ini. Jika ingin mengutus muridnya dalam lomba menulis puisi, guru pembimbing itu sendiri harus mampu menghasilkan puisi atau tulisannya. Contoh lain, murid akan pandai berargumentasi dan berdebat jika gurunya selalu sediakan waktu dan melatih muridnya berdebat.
Kontemplasi, Meditasi:Kekuatan untuk beraksi
Momentum perlombaan atau kompetisi apapun yang melibatkan peserta didik menjadi cermin yang memantulkan dinamika, gerak dan perjuangan bagi kepala sekolah, guru dan murid itu sendiri. Catatan prestasi atau catatan tidak memiliki prestasi apapun adalah dasar bijak untuk merenung, meditasi dan refleksi. Dari sana akan melahirkan aneka ide dan gagasan cemerlang untuk memulai sesuatu yang baru. Ide dan gagasan selanjutnya diikuti oleh aksi dan kegiatan yang mendekatkan jarak antara harapan dan kenyataan. Selagi langit masih biru dan surya tetap digdaya bersinar tidak ada alasan apapun berjuang dan bekerja. Semoga catatan refleksi ini menghasut dan menggugat kemapanan dan "malas bergerak" dalam dinamika sekolah kita ke depannya.
Ayoo bergerak...
Bagikan artikel ini:Artikel Terkait
Setelah Ini Guru Bergerak Kemana (Refleksi Menjadi Guru Pada Implementasi Kurikulum Merdeka di Hari Guru Nasional Tahun 2023)
Kamis, 23 November 2023
Pendekatan "Kurang Ajar" Kepala Sekolah: Benar atau Salah (Sebuah Celoteh Ringan)
Jum'at, 27 Januari 2023